Gregorius Ronald Tannur terdakwa kasus pembunuhan Dini Sera Afrianti divonis bebas oleh
Hakim Erintuah Damanik. Dalam amar putusannya, majelis hakim Erintuah Damanik menyatakan terdakwa Gregorius Ronald Tannur tidak terbukti bersalah dan terbebas dari segala dakwaan Jaksa penuntut umum.
"Membebaskan terdakwa Gregorius Ronald Tannur dari segala tuntut Jaksa penuntut umum" jelas hakim Erintuah di ruang sidang Pengadilan Negeri Surabaya, pada Rabu (24/7/2024). "Kami selaku manusia, jika ada putusan kami yang tidak sependapat silahkan mengajukan upaya hukum" lanjut majelis hakim Erintuah.
Atas vonis bebas tersebut Jaksa penuntut umum (JPU) Ahmad Muzakki dari Kejaksaan Negeri Surabaya belum menyatakan sikap. "Kami Pikir-pikir Yang Mulia" ujar JPU menanggapi putusan hakim.
Dalam sidang sebelumnya yang digelar pada Kamis (27/6/2024), di Pengadilan Negeri Surabaya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ahmad Muzakki menyatakan perbuatan terdakwa Gregorius Ronald Tannur terbukti melanggar pasal 338 KUHP. “Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 12 tahun,” ujarnya kala itu.
Selain dijatuhi hukuman bui, sebelum vonis, terdakwa Ronald Tannur juga dituntut membayar restitusi atau ganti rugi kepada ahli waris korban sebesar Rp 263 juta. Jika restitusi tidak dibayar, terdakwa Ronald Tannur diwajibkan menjalani hukuman 6 bulan kurungan penjara.
Tak hanya itu, dalam tuntutan sebelumnya JPU Muzakki juga meminta agar majelis hakim menyita barang bukti mobil Innova Reborn Nopol B-1744-VON untuk dilelang dan hasilnya diperhitungkan sebagai pembayaran restitusi kepada ahli waris almarhumah Dini Sera Afrianti.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam surat dakwaan dijelaskan, kronologi perkara ini berawal saat korban Dini Sera Afrianti dihubungi oleh saksi Ivan Sianto melalui pesan WhatsApp untuk diajak berkaraoke di Blackhole KTV pada 3 Oktober 2023 pukul 19.00 WIB.
Kala itu korban menyetujui ajakan tersebut dan pada pukul 21.40 WIB datang bersama terdakwa Ronald Tannur untuk bergabung teman-temannya di room 7 Blackhole KTV yang berada di Lenmarc Mall, Jalan Mayjend Jonosewojo, Surabaya.
Di dalam room tersebut, mereka berkaraoke dan meminum minuman beralkohol secara bergantian. Awalnya korban Dini sempat menolak diajak pesta miras, dengan alasan jika mabuk akan bertengkar dengan terdakwa. Akan tetapi korban kemudian meminum minuman beralkohol tersebut.
Selanjutnya saksi Ivan Sianto, saksi Rahmadani Rifan Nadifi serta saksi Hidayati Bela Afista alias Bela pulang karena saksi Bela sudah mabuk berat. Lalu sekitar pukul 00.10 WIB korban Dini bersama terdakwa Ronald meninggalkan room nomor 7 sambil membawa botol minuman beralkohol.
Namun saat di depan lift menuju ke parkiran mobil, terjadi cekcok antara korban Dini dengan terdakwa Ronald. Saat di dalam lift korban menampar terdakwa dan terdakwa membalas tamparan itu dengan mencekik leher korban. Terdakwa juga berusaha menangkis pukulan dari korban dengan cara menendang kaki kiri korban, sehingga korban terjatuh di dalam lift.
Saat terjatuh, korban sempat menarik baju terdakwa. Hal itu yang membuat terdakwa langsung memukul korban pada bagian kepala menggunakan botol minuman beralkohol. Setelah sampai di basement terjadi cekcok antara korban dengan terdakwa mengenai siapa yang memulai memukul duluan saat di dalam lift tersebut.
Kemudian terdakwa bersama korban kembali masuk ke Blackhole KTV untuk menanyakan rekaman CCTV yang ada dalam lift. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil lantaran CCTV tersebut masuk dalam manajemen mall dan bukan wewenang Blackhole KTV.
Kemudian korban Dinj tetap menunggu di parkir basement sambil menuju mobil Innova nopol B-1744-VON milik terdakwa Ronald sambil bermain handphone dan mengirim voice note kepada saksi Ivan Sianto.
Saat menuju mobil, terdakwa melihat korban sedang duduk selonjor di sebelah kiri mobil bagian pintu depan. Lalu ketika terdakwa sudah di dalam mobil menanyakan kepada korban mau pulang atau tidak.
Karena tidak ada jawaban, terdakwa Ronald semakin kesal dan emosi. Sehingga terdakwa sengaja langsung menjalankan mobil ke arah kanan, dimana saat itu terdakwa mengetahui posisi korban sedang bersandar di mobil sebelah kiri, sehingga mobil melindas korban Dini. Hal itu yang membuat korban tergeletak di tengah jalan.
Melihat korban lemas, seorang pengunjung mall langsung melapor ke pihak keamanan. Kemudian, terdakwa memasukkan korban di baris belakang belakang mobilnya.
Sesampainya di Apartemen Orchad Tanglin, terdakwa Ronald menaruh korban Dini di kursi roda. Kemudian terdakwa juga melihat kondisi korban sudah tidak bernafas. Mendengar korban sudah tidak bernafas, saksi Retno Happy Purwaningtyas berinisiatif membawa korban ke rumah sakit National Hospital. Namun sampai di rumah sakit tersebut, korban dinyatakan meninggal.
Atas perbuatannya tersebut, terdakwa Ronald Tannur didakwa dengan pasal berlapis yakni pasal 338 KUHP, pasal 351 ayat 3 KUHP dan pasal 359 KUHP dengan tuntutan 12 tahun penjara oleh JPU. Namun vonis berkata lain, terdakwa Ronald dinyatakan Bebas. Gimana menurut kalian ?. (Did)
Comments