Kata Mereka: Surabaya - Pendaftaran Pilkada Jawa Timur (Jatim) 2024 resmi ditutup pada kamis malam (29/08), dengan hasil yang menarik perhatian publik, pasalnya tiga pasangan calon yang siap bertarung dalam kontestasi politik lima tahunan ini semuanya adalah wanita dengan latar belakang yang kuat di bidang politik dan pemerintahan.
Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa yang merupakan petahana Gubernur Jawa Timur dan Mantan Menteri Sosial RI, kemudian Tri Rismaharini yang dikenal karena sepak terjangnya sebagai Walikota Surabaya dan juga menjabat sebagai Menteri Sosial dan Luluk Nur Hamidah, politisi PKB yang saat ini menjabat sebagai Wakil Sekjen DPP PKB dan merupakan anggota Komisi VI DPR RI periode 2019-2024 dari daerah pemilihan Jawa Tengah IV.
Majunya ketiga Srikandi Jawa Timur tersebut menurut Surokim Abdussalam, dosen komunikasi politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Majunya 3 srikandi di Pilgub Jatim menunjukkan adanya kemajuan dalam konstelasi politik kita, dimana para politisi perempuan mulai meramaikan kontestasi politik dan mendapatkan tempat dimata voters. “Sungguh ini sebuah kemajuan dalam arena kontes politik kita,” ujar Surokim.
Lebih lanjut peneliti senior dari Surabaya Survey Center (ssc) ini menjelaskan, bahwa hal tersebut sekaligus menunjukkan bahwa mulai adanya kesadaran akan kesetaraan gender dalam politik di Jawa Timur. Artinya gender tidak lagi dipermasalahkan dan masyarakat sudah memiliki kesadaran akan kesetaraan gender dan gender tak lagi menjadi persoalan.
Dengan melihat track record kinerja ketiganya, Surokim tidak menampik bahwa para paslon tentunya memiliki plus minus. Apalagi jika melihat geopolitik jatim yg luas, besar, beragam dan kompleks.
“Terus terang jatim adalah arena politik yg memang tdk mudah ditaklukkan apalagi oleh para pendatang baru. Pilkada jatim juga dikenal sebagai pilkada liga 1 di Indonesia arena para tokoh bereputasi nasional berkontestasi. Jika menilik hal ini saya pikir bu Khofifah dan bu Risma akan menjadi lawan setanding yg kompetitif. Tinggal bagaimana keduanya bs memaksimalkan surplus elektoralnya yg punya kans bisamenang. Semakin banyak surplus elektoralnya akan semakin baik dan memumpin,” terang Surokim.
Bila berkaca dalam hasil survey elektabilitas yang dikeluarkan salah satu lembaga Survey pada bulan Juni 2024 lalu, yang mwnunjukkannkeunggulan Khofifah dibanding Risma, menurut Surokim, Politik itu dinamis sesuai konteks ruang dan waktu. Hasil survey yang lalu bisa menjadi bahan tracking untuk melihat bagaimana trend kandidat saat ini dan bagaimana pergerakannya.
“Sekaligus bisa menjadi bahan perbandingan dan acuan. Namun, tentu saja yang berlaku adalah yang potret riil saat ini sehingga jika ada yg lebih up to date tentu akan lebih baik karena berbagai faktor dan konteks nya juga sudah berubah,” terang Surokim. (Did)
Comments