Surabaya yang semakin lama semakin modern ini sepertinya harus mereview kembali pola pembangunan dan cara komunikasi seluruh elemennya. Pada hal pola pembangunan dan arah menata wajah Surabaya itu memiliki history kepahlawanan yang luar biasa mulai Presiden Soekarno memiliki cerita di kota ini, hingga tentang supporter sepakbola nya yang "holigan" fanatiknya.
Banyak sekali bangunan dan jejak bagaimana Surabaya yang berhasil membuat penjajah kolonial kehilangan seorang jendralnya, pertempuran 7 hari agresi belanda hingga rumah radio bung tomo, jembatan merah, petekan, penjara koblen, kalisosok, dan masih banyak lagi lainnya sepertinya masih bukan menjadi icon "special"nya Surabaya kini.
Orang lain ke Surabaya saja bingung misal setelah 1 hari disurabaya harus kemana dan apalagi, Tradisi komunikasi bancaan dulu tahun 90 an masih sering dilihat, pak rt atau rw dan sesepuh kampung biasanya masih ada untuk memberikan info info pemerintah, dan bisa jadi ini salah satu cara silaturahmi dengan kearifan lokal dan value keep in touch yang berbeda dengan tehnologi whatsapp atau share group aplikasi.
Sebagai orang kelahiran Surabaya tentunya saya juga kangen sama permainan anak Patel Lele, Skit skitan, Bekel, Dakon, kerupuk upil. Adu doro, gobak sodor, dll
Comments