Kata Mereka: Surabaya - Sadar atau tidak, Banyak jenis makanan yang kita konsumsi setiap hari ternyata terpapar mikroplastik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90% dari protein hewani dan nabati yang ada di pasaran sudah terkontaminasi mikroplastik. Menurut laporan dari CNN Internasional, sampel yang diambil dari berbagai sumber protein ini menunjukkan adanya mikroplastik, yang merupakan partikel polimer kecil dengan ukuran bervariasi, mulai dari kurang dari 0,2 inci hingga 1/25.000 inci.
Selain itu, beberapa sayuran juga diketahui menyerap mikroplastik dari tanah tempat mereka tumbuh. Beberapa jenis makanan yang telah teridentifikasi mengandung mikroplastik antara lain daging ayam, daging sapi, daging babi, nugget, tahu, selada, wortel, lobak, apel, teh celup, garam Himalaya, gula, nasi instan, dan air minum kemasan. Ini menunjukkan bahwa mikroplastik sudah meresap ke dalam berbagai aspek dari rantai makanan kita.
Mikroplastik yang cukup kecil dapat diserap oleh buah dan sayuran melalui akar mereka, lalu berpindah ke bagian lain dari tanaman seperti batang, daun, biji, dan buah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampak jangka panjang dari konsumsi makanan yang terkontaminasi mikroplastik bagi kesehatan manusia. Kita perlu lebih waspada dan mencari cara untuk mengurangi paparan terhadap mikroplastik dalam makanan sehari-hari.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2023 menunjukkan bahwa garam merah Himalaya yang diambil dari dalam tanah ternyata mengandung mikroplastik dalam jumlah yang paling tinggi, diikuti oleh garam hitam dan garam laut. Selain itu, gula juga menjadi salah satu sumber utama paparan manusia terhadap polutan mikroplastik, seperti yang diungkapkan dalam studi tahun 2022.
Menariknya, kantong teh yang umumnya terbuat dari plastik juga berpotensi melepaskan banyak partikel plastik. Peneliti dari Universitas McGill di Quebec, Kanada, menemukan bahwa saat menyeduh satu kantong teh plastik, bisa terlepas sekitar 11,6 miliar partikel mikroplastik dan 3,1 miliar partikel nanoplastik ke dalam air.
Tak hanya itu, nasi juga bisa mengandung mikroplastik. Penelitian dari University of Queensland mengungkapkan bahwa setiap 100 gram nasi yang dikonsumsi bisa mengandung tiga hingga empat miligram plastik, dan untuk nasi instan, jumlahnya bisa melonjak hingga 13 miligram per sajian. Untuk mengurangi kontaminasi plastik hingga 40%, mencuci beras bisa menjadi solusi yang efektif, sekaligus membantu mengurangi kadar arsenik yang mungkin ada dalam beras.
Meskipun mikroplastik telah ditemukan di paru-paru manusia, jaringan plasenta ibu dan janin, ASI manusia, dan darah manusia, hingga saat ini hanya ada sedikit penelitian tentang bagaimana polimer ini memengaruhi organ dan fungsi tubuh.
Sebuah studi pada Maret 2024 menemukan orang dengan mikroplastik atau nanoplastik di arteri leher dua kali lebih mungkin mengalami serangan jantung, stroke, atau meninggal karena sebab apa pun selama tiga tahun ke depan dibandingkan orang yang tidak memilikinya.
Mikroplastik sudah terdeteksi di berbagai bagian tubuh manusia, seperti paru-paru, jaringan plasenta, ASI, dan darah. Namun, sampai sekarang, penelitian mengenai dampak polimer ini terhadap organ dan fungsi tubuh masih sangat terbatas.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada Maret 2024 menunjukkan bahwa individu yang memiliki mikroplastik atau nanoplastik di arteri leher mereka memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung, stroke, atau bahkan kematian akibat berbagai penyebab dalam jangka waktu tiga tahun dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar.
Temuan ini menyoroti pentingnya memahami lebih dalam tentang efek mikroplastik pada kesehatan manusia. Dengan semakin banyaknya bukti yang muncul, sudah saatnya kita lebih serius dalam meneliti dan mengatasi masalah ini agar dapat melindungi kesehatan kita dan generasi mendatang.
Comments