Pencopotan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr dr Budi Santoso SpOG FER atau Prof BUS dari jabatannya, menuai respons dari banyak pihak hingga karangan bunga pun membanjiri kampus FK Unair.
Dokter-dokter di Surabaya kompak mengikuti aksi bela Prof BUS, karena menolak dokter asing. Mantan rektor Unair-pun hadir dan ikut ambil bagian dengan berorasi guna membela dan memberi dukungan moril terhadap Prof Bus.
Aksi bela Prof Bus ini digelar di depan patung Airlangga kampus A sekitar pukul 12.30 WIB. Mantan Rektor Unair periode 2001-2006 Prof Dr dr Med Puruhito yang turut ambil bagian dalam kegiatan ini, bersama dengan profesor Unair, dosen, dokter muda dan rekanan sejawat Prof Budi lainnya menyampaikan.
“ Sebagai warga FK Unair dan mantan rektor Unair merasa sangat berduka cita saat mendengar keputusan rektor Unair Prof Nasih mencopot Prof BUS. “ Di hadapan para peserta aksi.
Lebih lanjut Prof puruhito menilai, Prof BUS belum waktunya mengundurkan diri atau belum selesai masa jabatannya. Prof BUS juga dirasa masih sehat atau tidak sakit sehingga tidak seharusnya meninggalkan jabatan sebelum masa purnanya.
"Prof BUS tidak studi lanjut, Prof BUS tidak mundur, Prof BUS juga tidak masuk penjara atas keputusan pengadilan yang tetap. Itu syarat memecat seorang dekan atau wakil dekan di lingkungan Unair. Juga atas persetujuan senat Unair, dan sekarang juga harus atas persetujuan majelis wali amanah," jelas Prof Puruhito.
Sebagai mantan Rektor Unair, ia merasa bangga atas prestasi yang telah dicapai Prof BUS selama menjadi Dekan FK Unair. Di bawah kepemimpinannya, kampus dinilai bisa menjadi lebih baik.
Menurut mantan rektor Unair periode 2001 - 2006 ini, Tiga syarat pencopotan dekan dan juga ditambah lima syarat dasar tidak terpenuhi oleh pimpinan Unair. Karena itu, ia dan rekan-rekan lainya merasa sangat berduka cita dan sangat terharu mendengar apa yang terjadi dengan dekan kebanggaan mereka Prof Bus.
"Saya berpendapat bahwa tindakan yang diambil pimpinan Unair, sebagai mantan pimpinan, ada beberapa hal yang tidak sesuai apa yang seharusnya terjadi," kata Prof Puruhito lebih lanjut.
Orasi penolakan lainnya juga disampaikan Profesor Bedah Saraf Prof Dr dr Abdul Hafid Bajamal SpBS (K). Dalam orasinya, ia mempertanyakan kenapa selama ini civitas akademika dijadikan katak dalam tempurung.
"Tahukah saudara, hingar bingar demokrasi, hingar bingar keadaan di luar kampus, tidak ada satupun aktivitas civitas akademika yang dilakukan. Kenapa? Karena kita dijadikan katak dalam tempurung. Hari ini sudah berakhir saudara-saudara. Mulai hari ini kita harus berani berbicara," kata prof Hafid tegas.
"Apa yang benar harus kita sampaikan, keadilan harus kita sampaikan. Jangan jadi penjilat, jangan jadi munafik karena jabatannya tidak naik. Hari ini semua harus melakukan sikap, harus tegas, tidak bisa lagi kita main sendiko dawuh, bukan zamannya. Kita akademisi," sambung Prof Hafid.
Ia juga bertanya kepada peserta aksi terkait sosial Prof BUS. Apakah Prof BUS melakukan tindakan asusila, melanggar hukum, terorisme, dan korupsi. Semua pertanyaan itu dijawab keras "TIDAK" oleh semua peserta aksi.
"Cukup buat kita. Tidak ada alasan ketidakadilan dilakukan terhadap Prof BUS. Kita akan bergerak mulai sekarang. Semua dosen, wakil dekan, dan bagian staf FK saya usulkan untuk mogok mengajar mulai hari ini, setuju? Sampai Prof BUS dikembalikan ke tempatnya," pungkasnya.
Dekan FK Unair Prof Budi Santoso dicopot dari jabatannya sejak Rabu (3/7/2024). Pencopotan itu setelah responnya menolak rencana Kemenkes menaturalisasi dokter asing di tanah air.
Comments