Kata Febri : 8/10
Sekawan Limo punya arti dua. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai lima sekawan. Sedangkan dalam bahasa Jawa, artinya empat-tapi-lima. Judul tersebut memang membawa ruh cerita tentang persahabatan dari sekelompok anak muda yang naik gunung dan dibalut oleh elemen horor, karena salah satu di antara mereka adalah demit atau hantu.
Film ini memang terbuild up ke tebak-tebak siapa yang hantu di antara mereka, namun tidak bakal susah menebaknya, apalagi dengan sajian clue yang ada. Dan serupa film-film Bayu sebelumnya, Sekawan Limo masih berkutat pada upaya melupakan luka masa lalu. Bedanya, bukan manis-pahit cinta yang mesti dihadapi, melainkan barisan problematika yang jauh lebih kompleks sekaligus kelam. Gunung dengan segala misteri yang juga kerap dianggap mistis merupakan panggung yang sempurna bagi kisahnya.
Bahan-bahan racikan film ini sebenarnya bagus. Memadukan misteri, horor hantu-hantuan, dan komedi persahabatan dengan pamungkas emotional yang tinggi. Belum lagi konsep naik gunung dengan segala mitosnya. Mungkin hantu-hantu berparas menyeramkan itu memang tidak sedemikian menyeramkan bila dibanding "hantu masa lalu" yang bahkan tak sanggup diusir oleh jimat sesakti apa pun.
Overall film ini relate dengan kehidupan jawa timur khususnya Surabaya, guyonan fisik yang mungkin di anggap Face Shamming oleh anak GenZ namun tidak sahabat namanya bila tidak bercanda fisik seperti itu. Komedinya memang tidak bikin ngakak sampai terpingkal -pingkal cuman lumayan bisa bikin mengharu biru pada akhirnya.
Sinopsis :
Bagas (Bayu Skak) dan Leni (Keisya Levronka) yang akan mendaki Gunung Madyopuro. Mereka mendapat peringatan dari penjaga pos untuk mematuhi aturan-aturan tidak tertulis selama mendaki, yaitu tidak boleh menoleh ke belakang. Di awalpendakian, Bagas dan Leni bertemu dengan tiga pendaki lainnya. Namun, setelah bertemu, muncul kejanggalan-kejanggalan yang menghambat pendakian mereka.